8.17.2009

Sepotong Senja Untuk Pacarku

Hmmh gue lagi nyari-nyari cerpen untuk gue baca besok pas Sastra Indonesia, setiap murid wajib bawa satu cerpen untuk dibacakan ke depan. Gue bingun cerpen apa. Nyari-nyari Djenar tapi kok terlalu vulgar ya? hahaha trus keinget ama satu cerpen yg gue suka banget!



Emang ini cerpen favorit gue sepanjang masa: Sepotong Senja Untuk Pacarku karya Seno Gumiro Ajidarma. Love you full deh. Ini nih kutipan-kutipan paling dalem dan bikin gue tergugah bgt hatinya waktu baca

"Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.

Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina."


Waaah emang bener banget gue setuju banget sm Om Seno. Di dunia ini orang terlalu banyak berkata-kata, omdo, bullshit, koar-koar semua kaya burung beo hehe. Semuanya merasa berhak ngomong dan semua pengen didengerin. Wahwah seperti itu emang dunia kita.

Ada lagi nih,

"Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan."

“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”

Hahahaha kalo ini ironis banget sama keadaan dunia saat ini yang super komersil. Apapun digunakan untuk cari untung, untuk duit duit dan duit. Kapitalis.

Lalu lalu ini ada lagi

"Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja…."

Huahahaha sumpah ini cerminan kehidupan kita banget. Kadang kita berpikir terlalu tertutup dan menutup mata akan kemungkinankemungkinan lain yang bisa jadi menguntungkan kita. kita hanya terpaku pada satu hal dan melupakan hal hal lain di sekitar kita.

Aaah emang ni cerpen tiap gue baca selalu bikin mata gue berkaca-kaca (apaan si lebe tapi SUER beneran) huahaha emang om seno, love you full ke bulan deh.

Stay cool:)

Tami

3 comments:

adisti said...

hauhahaha tam elo ga menyertakan balasan alina yang amat naas itu ?
ternyata sepotong senja sia2 diambil hanya untuk seorang gadis yang tak pernah mencintainya hmmm~

.putt. said...

dan saya juga amat sangat tergila-gila dengan buku itu.
you do the right choice by picking up that book.

salam kenal :)

Utami Sandyarani said...

@adisti huahahaha kepanjangan tau, sekalian aja sertain si siapa tuh yang nemu celana renang trus mau nyamperin si alina huahahaha kocak abis.

@.putt. ahaha thanks:) saya juga suka cerpen-cerpen Om Seno. Nggak berat tapi dalem hehe. Salam kenal juga!